Simak Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Selama Puasa
13 March 2025 |
21:00 WIB
Umat Muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa saat Ramadan tiba. Selain menahan lapar dan haus, puasa juga melibatkan perubahan signifikan dalam pola tidur, pola makan, dan aktivitas fisik. Sayangnya, sebagian besar orang hanya memperhatikan kesehatan fisik saja.
Padahal, kesehatan mental selama puasa tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Sebab, kesehatan emosional yang terjaga dapat memberikan dampak positif dalam menjalani ibadah dengan lebih khidmat.
Baca juga: Jurus Jitu dari Dokter Gizi Agar Tubuh Tetap Sehat & Bugar Saat Puasa
Dalam hal mental, kondisi puasa sering kali dikaitkan dengan fluktuasi emosional. Rasa lapar yang berkepanjangan, perubahan kebiasaan tidur, dan kurangnya asupan makanan yang bergizi dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Kondisi ini kerap kali membuat seseorang lebih mudah marah, tertekan, atau cemas. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat mengganggu interaksi sosial dan mengurangi kualitas ibadah.
Psikolog Klinis Rolla Apnoza menjelaskan, puasa memberikan tantangan fisik yang bisa mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Perubahan pola makan dan tidur dapat menyebabkan penurunan mood dan ketegangan psikologis. “Tapi baiknya, hal ini memberikan kesempatan untuk melatih diri dalam mengelola stres dan emosi yang pada akhirnya akan membantu kita berkembang secara emosional,” kata Rolla.
Rolla menyebut, puasa mengajarkan untuk menahan berbagai godaan termasuk emosi negatif seperti marah, cemas, dan frustasi. Dalam praktiknya, puasa tidak hanya berfungsi untuk membersihkan tubuh dari unsur-unsur yang tidak baik, tetapi juga untuk melatih kontrol diri terutama dalam hal pengendalian emosi. Dalam proses ini, seseorang dilatih untuk lebih sabar dan menahan impuls emosional yang dapat muncul akibat berbagai situasi.
Selain perubahan pola makan, pola tidur yang terganggu selama bulan puasa juga dapat berkontribusi pada ketidakstabilan mood. Rasa lapar yang intens dan kurang tidur dapat memicu stres, kecemasan, dan ketidaknyamanan. Jika ketidakstabilan emosional ini tidak dikelola dengan baik, Rolla menegaskan, hal tersebut dapat memperburuk kualitas hidup dan mengganggu hubungan interpersonal.
“Puasa memiliki potensi untuk memperkuat kecerdasan emosional kita,” tegasnya.
Menurut Rolla, pengalaman menahan diri dari makan dan minum memungkinkan untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain. Selain itu, kegiatan sosial seperti berbagi makanan saat berbuka puasa juga dapat mempererat hubungan sosial dan memberikan rasa kepedulian terhadap sesama yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan emosional.
Isu emosional dan ketidakstabilan mood muncul akibat adanya rasa lapar dan haus yang berkepanjangan yang dapat mempengaruhi suasana hati dengan membuat seseorang merasa mudah marah atau frustrasi. Ketika tubuh merasa tidak nyaman, emosi pun cenderung lebih mudah terganggu. Perubahan kebiasaan tidur yang lebih larut dapat menyebabkan kelelahan yang memperburuk kondisi emosional.
Dengan begitu, menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental selama bulan Ramadan sangatlah penting. Puasa tidak hanya melatih kita untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga untuk mengelola emosi, kesabaran, dan stres. Mengelola ketidakstabilan mood dan menjaga kesehatan mental selama bulan suci ini, kata Rolla, akan memperkaya pengalaman spiritual dan meningkatkan kualitas ibadah.
Baca juga: Tidak Sembarang, Intip Kiat & Jenis Olahraga yang Tepat saat Berpuasa
Editor: Dika Irawan
Padahal, kesehatan mental selama puasa tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Sebab, kesehatan emosional yang terjaga dapat memberikan dampak positif dalam menjalani ibadah dengan lebih khidmat.
Baca juga: Jurus Jitu dari Dokter Gizi Agar Tubuh Tetap Sehat & Bugar Saat Puasa
Dalam hal mental, kondisi puasa sering kali dikaitkan dengan fluktuasi emosional. Rasa lapar yang berkepanjangan, perubahan kebiasaan tidur, dan kurangnya asupan makanan yang bergizi dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Kondisi ini kerap kali membuat seseorang lebih mudah marah, tertekan, atau cemas. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat mengganggu interaksi sosial dan mengurangi kualitas ibadah.
Psikolog Klinis Rolla Apnoza menjelaskan, puasa memberikan tantangan fisik yang bisa mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Perubahan pola makan dan tidur dapat menyebabkan penurunan mood dan ketegangan psikologis. “Tapi baiknya, hal ini memberikan kesempatan untuk melatih diri dalam mengelola stres dan emosi yang pada akhirnya akan membantu kita berkembang secara emosional,” kata Rolla.
Rolla menyebut, puasa mengajarkan untuk menahan berbagai godaan termasuk emosi negatif seperti marah, cemas, dan frustasi. Dalam praktiknya, puasa tidak hanya berfungsi untuk membersihkan tubuh dari unsur-unsur yang tidak baik, tetapi juga untuk melatih kontrol diri terutama dalam hal pengendalian emosi. Dalam proses ini, seseorang dilatih untuk lebih sabar dan menahan impuls emosional yang dapat muncul akibat berbagai situasi.
Selain perubahan pola makan, pola tidur yang terganggu selama bulan puasa juga dapat berkontribusi pada ketidakstabilan mood. Rasa lapar yang intens dan kurang tidur dapat memicu stres, kecemasan, dan ketidaknyamanan. Jika ketidakstabilan emosional ini tidak dikelola dengan baik, Rolla menegaskan, hal tersebut dapat memperburuk kualitas hidup dan mengganggu hubungan interpersonal.
“Puasa memiliki potensi untuk memperkuat kecerdasan emosional kita,” tegasnya.
Menurut Rolla, pengalaman menahan diri dari makan dan minum memungkinkan untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain. Selain itu, kegiatan sosial seperti berbagi makanan saat berbuka puasa juga dapat mempererat hubungan sosial dan memberikan rasa kepedulian terhadap sesama yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan emosional.
Isu emosional dan ketidakstabilan mood muncul akibat adanya rasa lapar dan haus yang berkepanjangan yang dapat mempengaruhi suasana hati dengan membuat seseorang merasa mudah marah atau frustrasi. Ketika tubuh merasa tidak nyaman, emosi pun cenderung lebih mudah terganggu. Perubahan kebiasaan tidur yang lebih larut dapat menyebabkan kelelahan yang memperburuk kondisi emosional.
Dengan begitu, menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental selama bulan Ramadan sangatlah penting. Puasa tidak hanya melatih kita untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga untuk mengelola emosi, kesabaran, dan stres. Mengelola ketidakstabilan mood dan menjaga kesehatan mental selama bulan suci ini, kata Rolla, akan memperkaya pengalaman spiritual dan meningkatkan kualitas ibadah.
Baca juga: Tidak Sembarang, Intip Kiat & Jenis Olahraga yang Tepat saat Berpuasa
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.